twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

LETUSAN MERAPI 11 NOVEMBER







Lihat Video, clik here.

Tiga ahli vulkanologi dari Jepang akan membantu meneliti letusan Gunung Merapi di perbatasan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang saat ini letusannya belum berhenti.

Menurut Direktur Penerangan dan Kebudayaan Kedutaan besar (Kedubes) Jepang di Indonesia Masaki Tani, di Yogyakarta, Kamis, ketiga vulkanolog Jepang itu akan membantu melakukan survei tentang bencana letusan Merapi. Mereka yakni Kenji Nogami, Masuto Iguchi, dan Takayuki Kaneko.

Selain itu, kata Masaki Tani, ada seorang ahli di bidang penyakit saluran pernapasan, Satoru Ishii yang ikut dalam tim tersebut. "Mereka kini telah berada di kawasan bencana letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Mereka merupakan tenaga ahli bantuan darurat internasional bagi bencana letusan Gunung Merapi yang berada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.

Ia mengatakan Kenji Nogami merupakan pakar dari Institut Teknologi Tokyo Jepang, Masuto Iguchi (Universitas Kyoto Jepang), dan Takayuki Kaneko (Universitas Tokyo Jepang). Mereka berada di Yogyakarta untuk meneliti bencana letusan Gunung Merapi, dan direncanakan cukup lama.

Sebelumnya, Masato Iguchi mengatakan letusan Merapi yang beruntun sulit diprediksi, sehingga langkah yang perlu dilakukan saat ini adalah memperkirakan bagaimana kondisi magma yang masih terkandung dalam perut gunung itu.

"Persoalan seperti ini sering ditemui di berbagai letusan gunung berapi lain, bukan hanya di Gunung Merapi," kata Iguchi di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Rabu.

Meski demikian, ia memuji langkah yang diambil Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral karena mampu melakukan prediksi yang cukup tepat sebelum terjadinya letusan pada 26 Oktober 2010 karena sehari sebelumnya instansi tersebut memutuskan untuk menaikkan status Gunung Merapi dari "siaga" ke "awas".

"Merupakan langkah tepat jika Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status menjadi awas," katanya yang akan membantu memantau letusan gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Sejumlah ahli vulkanologi dari dalam dan luar negeri seperti Jepang, AS, Prancis, dan Indonesia akan membantu pelaksanaan pemantauan Gunung Merapi, karena gunung tersebut adalah laboratorium alam yang terbuka bagi siapa pun.

Sementara itu, BPPTK Yogyakarta akan memasang tiga alat pendeteksi aliran lahar dingin yang disebut "Acoustic Flow Measurement" di Kali Gendol dan Kali Boyong yang berhulu di Gunung Merapi.

"Alat itu untuk deteksi dini aliran lahar dingin yang merupakan ancaman sekunder dari letusan Gunung Merapi," kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandrio, di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, alat tersebut akan mengirimkan sinyal jika ada lahar dingin yang mengalir melebihi batas standar tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Pemasangan alat deteksi dini lahar dingin tersebut terkait dengan endapan material vulkanik hasil letusan Gunung Merapi yang memenuhi 11 sungai yang berhulu di Gunung Merapi yaitu Kali Gendol, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Trising dan Kali Apu.

Lahar di Kali Boyong terendapkan di Dusun Kandangan, Desa Purwobinangun, Sleman, yang berjarak 16 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi dan di Kali Batang dengan jarak 10 km dari puncak gunung.

Selain itu, BPPTK juga akan melakukan pemetaan wilayah yang mungkin mengalami dampak dari luapan lahar dingin serta pemetaan penyimpangan aliran awan panas.

"Kami juga akan melakukan evaluasi terhadap dam-dam yang berada di sepanjang sungai, misalnya apakah terjadi limpahan material seperti 2006 dengan limpahan material ke Kali Adem," katanya.

Sementara itu, intensitas kegempaan Gunung Merapi selama empat hari terakhir menunjukkan kecenderungan mereda, namun status masih tetap "awas".

"Fase erupsi belum berakhir, dan perubahan secara cepat masih mungkin terjadi sehingga harus tetap diantisipasi," katanya.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas kegempaan Gunung Merapi, Kamis hingga pukul 12.00 WIB telah terjadi gempa tremor secara beruntun, 11 kali guguran dan satu kali awan panas.

Salah satu guguran yang cukup besar terjadi sekitar pukul 10.35 WIB ke arah Kali Gendol dengan jarak luncur satu kilometer.

0 komentar:

Posting Komentar